Daftar Isi [Tampil]
Pada saat acara lomba tilawatil Qur’an lintas asrama
dalam rangka Haflah Akhirus Sanah Pondok Pesantren Ngalah XVII 2006 seorang santri
putri Pondok Pesantren Ngalah sedang mengikuti acara tersebut, hingga pada
tahapan final dia mengalami keraguan untuk tampil, ketika ditanya ternyata dia
sedang datang bulan (haid). Bagaimanakah hukum seseorang dalam kondisi junub/hadats
besar membaca al-Qur’an?
* Menurut
Syafi’iyah; haram bagi orang yang junub dengan sengaja membaca al-Qur’an
meskipun satu huruf.
اَلشَّافِعِيَّةُ
قاَلُوْا يَحْرُمُ عَلَى الْجُنُبِ قِرَاءَةُ اْلقُرْأَنِ وَلَوْحَرْفًا وَاحِدًا
اِنْ كاَنَ قاَصِدًا تِلاَوَتُهُ ...
Menurut ulama’ Syafi’iyah bagi orang junub diharamkan membaca al-Qur’an
meskipun satu huruf dengan sengaja membacanya, dan seterusnya. (Madzahib
al-Arba’ah, Juz I, hal. 112)
(فَرْعٌ) فِيْ مَذَاهِبِ اْلعُلَمَاءِ فِيْ قِرَاءَةِ الْجُنُبِ وَالْحاَئِضِ:
مَذْهَبُناَ اَنَّهُ يَحْرُمُ عَلىَ الْجُنُبِ وَالْحَائِضِ قِرَاءَةُ اْلقُرْآنِ قَلِيْلُهَا
وَكَثِيْرُهَا حَتىَّ بَعْضَ آيَةٍ وَبِهَذاَ قاَلَ اَكْثَرُ اْلعُلَمَاءِ
Menurut madzhab ulama’ (syafi’iyah) bagi orang junub dan
bagi orang haid haram membaca al-Qur’an baik sebagian ayat maupun banyak dan
pendapat ini yang lebih banyak (kuat). (Al-Majmu’ juz
II, hal. 178)
* Menurut Imam Dawud; Boleh bagi orang junub membaca sedikit maupun banyak
dari ayat al-Qur’an meskipun membacanya dengan disengaja.
وَقاَلَ دَاوُدُ يَجُوْزُ لِلْجُنُبِ وَالْحَائِضِ
قِرَاءَةُ كُلِّ اْلقُرْآنِ وَرُوِىَ هَذاَ عَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ وَابْنِ الْمُسَيَّبِ
قاَلَ اْلقَاضِىُّ أَبُوْ الطَّيِّبِ وَابْنُ الصَّباَغِ وَغَيْرُهُمَا وَاخْتاَرَهُ اِبْنُ الْمُنْذِرِ وَقاَلَ
مَالِكٌ يَقْرَأُ اَلْجُنُبُ َاْلآياَتِ اَلْيَسِيْرَةِ لِلتَّعَوُّذِ وَفِى الْحاَئِضِ
رِوَايَتاَنِ عَنْهُ اَحَدَاهُمَا تَقْرَأُ وَالثَّانِيْ لاَ تَقْرَأُ وَقاَلَ أَبُوْ
حَنِيْفَةَ يَقْرَأُ الْجُنُبُ بَعْضَ آيَةٍ وَلاَ يَقْرَأُ آيَةً وَلَهُ رِوَايَةٌ
كَمَذْهَبِناَ * وَاحْتَجَّ مَنْ جَوَّزَ مُطْلَقاً بِحَدِيْثِ عَائِشَةَ رَضِىَ اللهُ
عَنْهَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كاَنَ يَذْكُرُ اللهَ تَعَالَى
عَلىَ كُلِّ أَحْياَنِهِ رَوَاهُ مُسْلِمٌ قَالُوْا وَالْقُرْآنُ ذِكْرٌ وَلِاَنَّ
اْلاَصْلَ عَدَمُ التَّحْرِيْمِ .
المجموع الجزء 2 ص 178 .
Menurut Imam Dawud bagi orang junub dan wanita haid boleh membaca seluruh
al-Qur’an hal ini diriwayatkan dari ibnu Abbas dan ibnu Musayyab, Qadhi Abu
Tayyib, Ibnu Shabbah, dan yang lain, dan pendapat ini dipilih oleh Ibnu
Mundzir. Malik
berkata orang junub boleh membaca ayat-ayat pendek karena meminta perlindungan.
Dan bagi orang yang haid ada dua pendapat,yang pertama boleh yang kedua tidak
boleh. Abu Hanifah berpendapat: “orang junub boleh membaca sebagian ayat dan
tidak boleh membaca satu ayat penuh” dan baginya satu riwayat seperti madzhab
kita. Dan orang yang membolehkan secara mutlak itu berdasarkan kepada hadits
Siti A’isyah, sesungguhnya Nabi selalu berdzikir kepada Allah Swt. pada setiap
saat, HR. Muslim, mereka berpendapat
al-Qur’an tersebut adalah merupakan dzikir dan karena pada asalnya tidak ada keharaman.
(Al-Majmu’, juz II, hal.178)