Tawakal seperti sudah disinggung dalam artikel sebelumnya Antara Tawakal dan Usaha, Adalah sikap berpasrah diri dan menyerahkan segala hasil akhir atas segala daya dan usaha yang telah kita lakukan kepada Allah SWT. Tentunya, adanya usaha menjadi syarat tawakal itu sendiri bukan? Tapi ternyata tak cukup itu saja. Masih ada beberapa hal penting yang perlu kita perhatikan, agar pahala tawakal kita tidak hilang sia-sia, menguap begitu saja dihempas angin lalu. Bukankah Allah SWT telah berfirman, bahwa tawakal adalah sebagian dari sempurnanya iman seseorang?
وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Dan hanya kepada Allah bertawakallah kalian semua, jika kalian semua termasuk orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Maidah:23)
Empat hal tersebut adalah,
Pertama, Mengeluh dan panik. Ternyata dua hal tersebut bisa merusak tawakal. Imam Al-Ghazali mengatakan, “syarat tawakal adalah kemampuan menjalani dan kesabaran.” Jadi, jangan sampai mulut yang licin tergelincir untuk ndresulo. Bukankah Allah SWT maha kuasa mengabulkan permintaan tiap hamba?
Kedua, tidak adanya usaha. Tawakal itu penting, namun berusaha juga penting. Kiranya itu sindiran tegas yang sempat diungkapkan sahabat Umar bin Khattab Ra. “Janganlah seorangpun dari kalian berpangku tangan dan tak bekerja, seraya berdoa, ‘oh Tuhan, berilah aku rizki’. Sedangkan kalian semua tahu jikalau langit tak pernah menurunkan hujan emas dan perak.” Meskipun berdoa hingga habis usia, belum pernah ada cerita kalau kemudian langit tiba-tiba hujan permata.
Ketiga, memaksakan minta dari orang lain. Tentu hal ini bisa menggugurkan sikap tawakal. Syaikh Harowi bahkan menyebut, salah satu derajat luhur dari orang yang bertawakal adalah mereka yang bertawakal namun tiada meminta apapun kepada insan yang lain.
Terakhir, makan perkara haram. Mungkin poin yang terakhir agak mengejutkan. Makan barang haram akan merusak pahala tawakal? Ya, hal ini pernah diutarakan oleh ulama besar dan pemuka Islam pada zamannya, Abdullah bin Mubarak. “Siapa yang makan uang haram, maka bukanlah termasuk orang yang bertawakal.”
Jadi, marilah kita senantiasa berhati-hati dalam melangkah. Karena kalau sekedar ibadah, hampir semua orang bisa melakukannya. Tapi hanya ibadah yang berkualitaslah yang kiranya pantas kita persembahkan kepada-Nya. ()
Penulis: M. Khoirul Wafa (Mahasantri Ma’had Aly Lirboyo).
Bacaan: Syarah arba’in al-Qusyairiyyah.
Post a Comment