Ada sebuah ungkapan yang seringkali dikutip oleh kaum Musyabbihah (Wahhabiyyah sekarang) dan disandarkan kepada al Imam Malik yang tidak lain hanyalah kedustaan belaka.
riwayat tersebut adalah yang dikemukan
oleh Suraij ibn an Nu’man dari Abdullah ibn Nafi’ dari al Imam Malik,
bahwa al Imam Malik berkata:
الله في السماء وعلمه في كل مكان لا يخلو منه شىء أي علمه
“Allah berada di langit, dan ilmu Nya di
semua tempat”
riwayat ini adalah riwayat yang sama
sekali tidak benar (Ghayr Tsabit).
Abdullah ibn Nafi’ dinilai oleh para
ahli hadits
sebagai seorang yang dla’if.
قال الإمام أحمد عبد الله بن نافع الصائغ لم يكن صاحب حديث وكان ضعيفا فيه وأنه لا يُعتمد عليه
Al Imam Ahmad ibn Hanbal berkata:
“’Abdullah ibn Nafi’ ash-Sha’igh bukan seorang ahli hadits, ia adalah seorang
yang dla’if”.
قال ابن عدي (يروي غرائب عن مالك)
Al Imam Ibn Adi berkata: “Dia (Abdullah
ibn Nafi’) banyak meriwayatkan Ghara-ib (riwayat - riwayat aneh dan asing) dari
al - Imam
Malik”.
وقال ابن فرحون (كان أصم أميا لا يكتب)
Ibn Farhun berkata: “Dia (Abdullah ibn
Nafi’)
adalah seorang yang tidak membaca dan
tidak menulis”
Lalu bagaimanakah Aqidah Imam Malik?
Berikut salah satu penjelasannya dari
Ulama Maliki
Al Imam Qadli al Qudlat Nashiruddin ibn
al Munayyir al Iskandari al Maliki dalam kitab
al Muntaqa Fi Syaraf al Musthafa dalam
menjelaskan ketiadaan tempat dan arah bagi Allah berkata:
ولهذا أشار مالك رحمه االله تعالى في قوله صلى االله عليه وسلم: "لا
تفضلوني على يونس بن متى"،
فقال مالك إنما خص يونس للتنبيه على التنزيه لأنه صلى الله عليه وسلم رفع إلى
نسبة واحدة ولو كان الفضل بالمكان لكان العرش ويونس عليه السلام هبط إلى قاموس
البحر ونسبتهما مع ذلك من حيث الجهة إلى الحقّ جل جلاله ثم أخذ الإمام ناصر الدين
يبدي أن الفضل بالمكانة لا بالمكان،
Bagi penjelasan penafian tempat dan arah
bagi Allah ini al-Imam Malik memberikan petunjuk dengan sabda
Rasulullah:
"لا تفضلوني على يونس بن متى"
(Jangan kalian agung-agungkan aku di
atas nabi Yunus).
Al Imam Malik berkata:“Sesungguhnya
penyebutan secara khusus dengan nabi Yunus adalah untuk memberikan pemahaman
kesucian Allah dari tempat,
oleh karena nabi Muhammad diangkat ke
arah atas hingga ke arsy sementara nabi Yunus diturunkan ke arah bawah hingga
ke kedalaman lautan, namun demikian arah keduanya sama saja bagi Allah (artinya
dua arah tersebut salah satunya tidak lebih utama dari lainnya, dan nabi
Muhammad dan nabi Yunus sama-sama seorang nabi Allah).
Seandainya keutamaan itu semata-mata
dengan tempat dan arah maka tentu nabi Muhammad lebih dekat -dari segi jarak-
kepada Allah daripada nabi Yunus, dan tentunya Rasulullah tidak akan melarang
kita melebih-lebihkan beliau di atas nabi Yunus.
Kemudian al Imam Nashiruddin
menjelaskan bahwa keutamaan itu adalah
dengan derajat, bukan dengan tempat.
(Ithaf sadah juz 2 hal 171)
Post a Comment