Imam Ghazali mengatakan:
النظر إلى ذات الله تعالى يورث الحيرة والدهش واضطراب العقل.
فالصواب إذن أن لا يتعرض لمجاري الفكر في ذات الله سبحانه وصفاته.
فإن أكثر العقول لا تحتمله بل القدر اليسير الذي صرح به بعض العلماء وهو أن
الله تعالى مقدس عن المكان ومنزه عن الأقطار والجهات وأنه ليس داخل العالم ولا
خارجه ولا هو متصل بالعالم ولا هو منفصل عنه
قد حير عقول أقوام حتى أنكروه إذ لم يطيقوا سماعه ومعرفته.
بل ضعفت طائفة عن احتمال أقل من هذا
إذ قيل لهم: إنه يتعاظم ويتعالى عن أن يكون له رأس ورجل ويد وعين وعضو وأن
يكون جسما مشخصا له مقدار وحجم.
فأنكروا هذا وظنوا أن ذلك قدح في عظمة الله وجلاله
حتى قال بعض الحمقى من العوام: إن هذا وصف بطيخ هندي لا وصف الإله لظن المسكين
أن الجلالة والعظمة في هذه الأعضاء.
وهذا لأن الإنسان لا يعرف إلا نفسه فلا يستعظم إلا نفسه فكل ما لا يساويه في
صفاته فلا يفهم العظمة فيه.
نعم غايته أن يقدر نفسه جميل الصورة جالسا على سريره وبين يديه غلمان يمتثلون
أمره فلا جرم غايته أن يقدر ذلك في حق الله تعالى وتقدس حتى يفهم العظمة.
بل لو كان للذباب عقل وقيل له: ليس لخالقك جناحان ولا يد ولا رجل ولا له طيران
لأنكر ذلك وقال: كيف يكون خالقي أنقص مني أفيكون مقصوص الجناح أو يكون زمنا لا يقدر
على الطيران أو يكون لي آلة وقدرة لا يكون له مثلها وهو خالقي ومصوري.
وعقول أكثر الخلق قريب من هذا العقل وإن الإنسان لجهول ظلوم كفار.
ولذلك أوحى الله تعالى إلى بعض أنبيائه لا تخبر عبادي بصفاتى فينكروني ولكن
أخبرهم عني بما يفهمون.
ولما كان النظر في ذات الله تعالى وصفاته خطرا من هذا الوجه اقتضى أدب الشرع
وصلاح الخلق أن لا يتعرض لمجاري الفكر فيه.
الغزالي. إحياء علوم الدين.
"Memikirkan dzat Allah dapat menyebabkan kebingungan dan akal menjadi terguncang.
Jadi, dzat dan sifat Allah tidak bisa dimasukkan ke dalam akal pikiran.
Sebab, kebanyakan akal tidak bisa
mencernanya. Penjelasan sederhana yang disampaikan oleh sebagian ulama bahwa
'Allah terbebas dari tempat, batas dan arah.
Allah tidak di dalam alam dan tidak pula
di luar alam. Allah tidak tersambung dengan alam dan tidak pula terpisah dengan
alam',
semua itu telah membuat akal sebagian orang menjadi bingung sehingga mereka mengingkarinya karena mereka tidak sanggup mendengar dan memahaminya.Bahkan ada sebagian orang tidak mampu memahami perkara yang lebih sederhana daripada itu.
Kalau mereka diberitahu bahwa 'Allah
Maha Suci dari memiliki kepala, kaki, tangan, dua mata dan organ tubuh. Allah
juga bukan materi yang tersusun atas partikel-partikel yang memiliki volume dan
ukuran',
maka mereka akan langsung mengingkarinya
dan menganggap bahwa ucapan itu telah melecehkan Allah dan meniadakan keagungan
Allah.
Bahkan ada orang awam tak waras
mengatakan: 'Yang kamu katakan itu adalah ciri-ciri semangka India, bukan
sifat-sifat Tuhan'.
Sebab menurut si awam miskin ini,
keagungan itu diukur dari organ tubuh.
Begitulah, manusia tidak mengenal
kecuali dirinya sendiri sehingga ia tidak menganggap agung sesuatu yang tidak
sama dengan dirinya sendiri.
Setiap yang tidak sama dengannya
dianggap tidak agung.
Memang, ujung-ujungnya ia akan
membayangkan dirinya berwajah ganteng, sedang duduk di atas ranjangnya,
dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda yang tunduk patuh padanya.
Tidak heran kalau seperti itu juga ia
membayangkan Tuhannya sehingga akan dianggap agung kalau sudah seperti itu.
Bahkan andaikan lalat punya akal dan
diberitahu bahwa 'Penciptamu tidak punya dua sayap, tangan, kaki dan tidak
terbang' pasti ia akan mengingkarinya dan mengatakan: 'Bagaimana mungkin
penciptaku lebih cacat daripada aku? Logiskah yang tidak punya sayap dan tidak
bisa terbang dianggap sebagai pencipta? Mungkinkah aku punya organ tubuh
sedangkan ia tak punya organ tubuh?'
Akal kebanyakan makhluk kurang-lebih
seperti itu.
Manusia adalah makhluk yang sangat
'bodoh, zalim dan kufur'.
Oleh sebab itu, Allah mewahyukan kepada
sebagian nabi-Nya, 'Janganlah kamu beritahu hamba-hamba-Ku tentang
sifat-sifat-Ku, nanti mereka akan mengingkari-Ku.
Tapi beritahu mereka tentang Aku sesuai
kadar akal mereka dengan bahasa yang mereka pahami'.
Begitu bahayanya memikirkan dzat Allah
sehingga demi menjaga adab Syariat dan demi kemaslahatan makhluk dilarang
memikirkannya dengan otak."
(Ihya Ulumiddin, Imam Ghazali)
Al Imam Al Mujtahid Ahmad bin Hanbal
(241 H) Rahimahumallah berkata:
مهما تصورت ببالك فالله بخلاف ذلك
"Apapun yang tergambar dalam
benakmu (tentang Allah) maka Allah berbeda dengan itu"
(Diriwatkan dari al Imam Ahmad oleh Abu
al Hasan at Tamimi al Hanbali dalam kitab I'tiqod al Imam Al Mubajjal Ahmad ibn
Hanbal)
al Imam Tsauban bin Ibrahim Dzun Nun al
Mishriy (179 H) Rahimahumallah berkata:
ﻣﻬﻤﺎ ﺗﺼﻮّﺭ ﻓِﻲ ﻭﻫْﻤﻚ ﻓﺎﻟﻠﻪ ﺑﺨﻼﻑ ﺫﻟﻚ
“Apapun yang tergambar dalam angan -
anganmu (tentang Allah), maka Allah berbeda dari itu “
Post a Comment