KH. Khusein Ilyas atau yang kerap disapa dengan panggilan Mbah Yai Khusen Ilyas lahir di Mojokerto. Beliau merupakan putra dari KH. Ilyas.
Nasab beliau dari jalur ayah sampai ke Ronggowarsito. Nasab
beliau sebagai berikut, KH. Khusein Ilyas (Mojokerto) bin KH. Ilyas bin Musyiah
bin Nur Ngaliman/Senopati Suroyudo bin Syekh Yasin Surakarta bin Nur Ibrahim
bin Nur Fatah bin Ronggowarsito.
KH. Khusein Ilyas merupakan pengasuh Pondok Pesantren Salafiyyah Al-Misbar Karangnongko, Mojokerto.
Di pondoknya yang sederhana hampir setiap hari banyak orang yang
datang mulai silaturrahmi sampai meminta doa dan restu. Menurutnya, siapa saja
boleh datang ke pondoknya. Biar itu orang biasa, pejabat, tokoh agama, dan lain
sebagainya, ia akan menerimanya dengan tangan terbuka.
KH. Khusein Ilyas adalah Rais
Syuriah NU Cabang Kab. Mojokerto sejak 2003 hingga sekarang. Ada cerita dibalik
pemilihannya sebagai rais syuriah, sebetulnya KH Husein Ilyas enggan dicalonkan
dan memilih pulang ke pondok pesantren Nurul Hikmah yang diasuhnya. Prinsip
beliau, jangankan memegang jabatan tertinggi, jadi ranting saja tidak mau, ada
tanggung jawab besar yang diemban pemangku jabatan tersebut.
Namun para pendukungnya berhasil meyakinkan KH Husein bila
kehadirannya sangat dibutuhkan NU. Beliau menyadari, NU didirikan para ulama
dan banyak yang menghendaki agar KH. Husein dicalonkan, akhirnya beliau pun
menjadi rais syuriah NU cabang Kab. Mojokerto.
Mbah Yai Khusen pernah
bercerita bagaimana sengsaranya dulu ketika zaman Jepang. Ketika itu, tentara
Jepang memberlakukan jam malam, mereka melarang rakyat Indonesia untuk keluar
rumah menjelang sore hari. Hukumannya dibunuh di depan umum bila kedapatan
keluar rumah di sore dan malam hari, karena dianggap pemberontak.
Pernah suatu ketika ada yang mencari tahu, apa sebenarnya yang dilakukan tentara Jepang di sore dan malam hari itu. Ternyata tentara Jepang tersebut di waktu sore itu mengangkuti hasil tanam rakyat untuk dibawa ke negara mereka. Memang di waktu itu diberlakukan peraturan semacam tanam paksa untuk kebutuhan logistik Perang Asia Timur Raya.
Hasil panen yang dihasilkan
oleh rakyat, sebagian besar diangkut Jepang sedangkan rakyat diberi bagian
sedikit sekali. Proses memanen juga harus dalam pengawasan tentara Jepang, jika
ketahuan memanen sendiri, maka akan dihukum mati.
Pada suatu waktu, ada seorang petani yang nekat memanen hasil
tanam sendiri tanpa pengawasan tentara Jepang. Sayang usaha nekat petani
tersebut ketahuan oleh tentara Jepang, sehingga petani itu ditembak oleh
tentara Jepang. Anak petani tersebut akhirnya melapor kejadian tersebut pada
Mbah Yai Khusen yang waktu itu masih muda.
Mendapat laporan tersebut, Mbah Yai Khusen pun akhirnya mengajak teman-temannya ke sawah untuk memanen padi menjelang Maghrib. Ketika sedang memanen, Mbah Yai Khusen didatangi beberapa tentara Jepang yang sedang berjaga dengan membawa anjing. Melihat Mbah Yai Khusen, anjing tentara Jepang tersebut malah beringsut mundur, lari menjauhi Mbah Yai.
Sehingga sebagian tentara Jepang itu malah kerepotan mengejar anjingnya yang lari. Sementara tentara Jepang yang lain, menodongkan senjata pada Mbah Yai Khusen dan teman-temannya. Tiba-tiba senjata yang ditodongkan ke arah Mbah Yai itu meleleh seperti dipanaskan. Tentara-tentara itu pun kaget dan ikut-ikutan lari terbirit-birit.
Mbah Yai Khusen selalu berprinsip bahwa menjadi manusia itu tidak boleh takut pada siapapun dan apapun, kecuali hanya takut pada Allah SWT. Karena manusia itu kholifatullah, sebagai kholifah Allah itu sudah seharusnya tidak boleh takut apapun selain takut pada Allah.
Post a Comment