Bunyi bel berdentang keras pertanda jam mata kuliah berakhir. Aku segera melirik ke arah pintu kelas. Di sana sudah berdiri pria bertubuh tinggi dengan ransel di punggungnya yang kukuh. Oh, siapa Iagi kalau bukan pacarku, Roby. Tadi dia mengirim pesan yang berisi ingin mengajakku nonton film.
"Pulang dengan Roby?" tanya Annie; sahabatku, dari kursi belakang.
"Iya, Ann," jawabku seadanya seraya memasukkan agenda ke tas. "Aku duluan ya, bye
"Have fan, Dearr Kubalas Annie dengan senyum cerah, lalu melesat keluar kelas menghampiri Roby.
Kutepuk pundaknya dan pria Arab itu spontan menoleh ke arahku. Senyum semringah pun langsung terpatri di wajah manisnya. "Sudah selesai, Sayang?" tanyanya yang langsung kuiawab dengan anggukan senang.
"Ayo!" Roby menarik tanganku lembut dan kami berjalan sambil berpegangan tangan,
Hampir tiba di parkiran kampus, seseorang mendekati kami Saat tak ada Iagi suara yang kudengar, aku menegakkan leher. Seketika tnood-ku hilang dan wajahku berubah masam begitu melihat orang di depanku ini.
Aku tahu dia ingin mengambil Roby dariku karena hal-hal yang menyanskut keotganisasian kampus. Dan sebentar lagi, tanpa perlu diragukan, Roby akan memilih urusan organisasinya itu karena dialah ketuanya!
"Sayang, maafkan aku. Tiba-tiba James..." Kan! Apa kubilang. "Iya, tidak apa-apa, aku mengerti. Pergilah." Aku tersenyum manis padahal hatiku kecewa.
'Besok saja, ya. Aku janji." Rautnya menunjukkan rasa bersalah, Aku ingin memberinya senyurn Iagi, tapi hatiku yang kecewa seakan membekukan bibirku„ Ini bukan yang pertama kalinya dan aku tahu, ini bukan menjadi yang terakhir.
"Nanti malam aku telepon,• katanya, lalu mencium pucuk kepalaku sesaat.
Aku hanya mengangguk malas selagi memandangi Roby yang kian jauh, pergj bersama temannya.
Hingga Roby benar-benar tak terjangkau Iagi oleh penglihatanku, aku baru memutuskan untuk berjalan keluar dari area kampus, Kususuri plan dengan lesu menuju rumahku yang hanya berjarak sekitar 200 meter dari kampus. Udara sore yang sejuk setidaknya bisa menenangkan hatiku yang kecewa.
Aku meneruskan kuliah di Universitas Alaska Fairbanks yang terletak di salah satu negara bayan Amertka, Alaska.
Aku sekeluarga pindah dari Indonesia ke negara ini dua tahun lalu, tepatnya saat ayahku dipindah tugaskan oleh atasannya, Mau tidak mau, aku sekeluarga harus mengikuti ayah. Bayiku, kehidupan kami di Indonesia sudah baik, apalagi semua saudaraku menetap di Indonesia, Namun tidak dapat kupungkiri, pindah ke luar negeri metnberiku pengalaman hidup yang baru, Setelah dijalani, rasanya menyenangkan, apalagi aku mendapatkan teman sebaik Annie dan seorang pria yang menyayangiku, Roby. Yah, walaupun aku tahu, posisiku dalam hidup Roby bersaing ketat dengan urusan keorganisasiannya.
Tidak saling kontak dalam waktu lama bukan beram kita bukan sahabat lagi, Entah kenapa aku merasa sulit memahami kata-katanya, Tapi, sorot matanya yang seolah memohon telah meluluhkanku.
Pada akhirnya, aku tidak menolak saat Raka menuntunku masuk ke dalam mobil, Setelah memastikan aku arnan, Raka berlari kecil menuju pmtu di sisi yang lain dan duduk di balik kemudi
"Kau ini aneh sekalii' ketusku„ Jujur saja, perilakunya ini memang sangat aneh. Tapi lebih aneh lagi, aku seolah tak bisa menolaknya.
"Aku hanya kangen padamu Tika. Kata, kan, sudah lama tidak bertemu,' ucapnya polos sambil tersenyum, Tangan Raka terulur untuk mengacak rambutku. Ini kebiasaannya saat kami SMA dulu
Rambutku berantakan, Raka!" Aku segera menepis tangannya dan merapikan rambutku, tapi Raka malah tertawa senang. Menyebalkan!
Usai tawanya reda, Raka langsung mengendarai mobilnya dengan lambat, seakan ingin berlama.lama menempuh peoalanan. Pemandangan Anchorage yang indah pada sore hari seakan membuatku malas bertanya ketnball pada Raka tentang tuiuan karni. "Kau kuliah semester tanyanya antusias tanpa mengalihkan.
This is a non-benefit site to share the information. To keep up this site, we need your assistance.
A little gift will help us alot.alert-info
Post a Comment